Friday

PAKET TOUR

Kintamani Tour

Tarian Barong dan Kris - Celuk - Goa Gajah - Kintamani - Tampak Siring - Sukawati

Bedugul-Tanah Lot Tour

Taman Ayun - Taman Kupu-Kupu - Bedugul - Candi Kuning - Alas Kedaton - Tanah Lot

CHARTER MOBIL APV, AVANSA dan XENIA
5 -6 jam : Rp. 250.000,-

8 -9 jam : Rp. 350.000,-

10-11 jam : Rp. 400.000,-

12 jam : 450.000

extra time : Rp. 50.000,- per jam


Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,

paket wisata murah, tour murah di Bali

Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours

Lisence No. : 551.21/1210/KPPT

Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581

Email : timbulbhuana@gmail.com


Wednesday

'Dinner Plus' di Balinese Theatre

Santap malam plus pertunjukan seni, keduanya dipadukan menjadi satu di restoran yang satu ini. Sambil menikmati makan malam di area open-air theatre pengunjung pun disuguhkan aneka pertunjukan musik dan tarian Bali nan eksotis. Bintang dan bulanpun turut menemani acara spesial ini!

Restoran The Balinese Theatre yang terletak di dalam Ayodya Resort menjadi pilihan. Pasalnya restoran ini menyuguhkan pengalaman bersantap yang sangat berbeda dan unik. Menjadikan makan malam di pulau dewata kali ini sungguh istimewa dan berkesan.

Letak The Balinese Theatre berada di Poolside, Ayodya Resort Bali - sebuah resort di kawasan Nusa Dua seluas 11,5 hektar yang memiliki pemandangan menghadap pantai berpasir putih seluas 300 meter. Area restoran ini memang sedikit tertutup dari luar karena tembok yang mengelilinginya. Restorannya sendiri unik karena dibuat bergaya open-air dining di dalam teater terbuka beratap langit. Sedangkan area penonton malam itu diisi dengan kurang lebih 8 buah meja.

Di area depan saya disambut oleh para pelayan berpakaian tradisional Bali. Taburan kelopak bunga menyambut kedatangan saya dan pasangan malam itu. Kami disambut dan diantar langsung menuju meja yang telah kami reserved sebelumnya. Wah, beruntung saya memperoleh meja yang paling dekat dengan panggung.

Sebelum pertunjukkan dimulai, makan malam buffet sudah tersedia di sisi kiri dan kanan area panggung. Disajikan dalam bentuk stall-stall yang berderet-deret mulai dari cold appetizer, main course, sampai dessert. Pilihan saya jatuh pada green salad dengan dressing mayonnaise yang sedikit asam-asam segar serta sepotong roti yang dioles tipis dengan mentega.

Menu utama makan malam ini cukup banyak mulai dari sushi, nasi dan mi goreng, pecking duck, dim sum, sampai aneka dessert yang menggoyang lidah. Pertunjukkan berlangsung tak lama setelah kami mengambil makanan. Cahaya redup yang datang dari obor membuat suasana bertambah romantis dengan sayup-sayup suara deburan ombak yang sesekali terdengar saat suara gamelan berhenti ditabuh.

Tampaknya saya sudah terhipnotis dengan kelincahan para penari serta dentingan gamelan yang memenuhi membelah keheningan malam. Malam itu yang menjadi tema adalah 'Nusantara Dances' - yang terdiri dari beberapa tarian seperti Jaipongan Dance, Bali Dance dan Fire Dance yang spektakuler.

Para tamu pun berdiam diri karena diajak ikut berinteraksi dalam beberapa tarian seperti Jaipongan Dance misalnya. Menjadikan makan malam ini sangat menarik karena juga sangat-sangat menghibur. Apalagi bagi mereka yang tak memiliki banyak waktu seperti saya untuk berkeliling pulau Bali.

Untuk dapat menikmatinya pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dahulu. O ya, tempat ini juga bisa disewa untuk group atau private function. Sungguh beruntung malam itu saya memperoleh kesempatan untuk bersantap di restoran yang menggabungkan dining experience dan entertainment ini. Apalagi keduanya bisa dinikmati dalam suasana dan sentuhan Bali yang kental dan nan eksotis.

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com

Sunday

Sejarah Pura Goa Raja Besakih

Pura Goa Raja merupakan tempat pertemuan (Pesamuhan) “Sang Hyang Naga Tiga” yakni tiga manifestasi Tuhan yakni “Sang Naga Anantaboga”, “Sang Hyang Naga Basuki” dan “Sang Hyang Naga Taksaka” yang masing-masing memiliki tempat tersendiri di komplek pura Besakih.

“Mereka bertemu di Pura Goa Raja untuk merencanakan dan menjaga Bali,” tuturnya yang mengaku ungkapannya itu didasarkan atas sumber-sumber tertulis sastra-agama Hindu dan tradisi lisan yang berkembang di masyarakat.

Dalam lontar “Kusuma Dewa” diungkapkan tentang keberadaan Batara di Buwana Agung (jagatraya) yakni Gunung Mahameru (Gunung Agung), gunung tertinggi di Bali puncaknya menggapai angkasa, pangkal dasarnya menembus tujuh lapisan bumi (Sapta Patala).

“Tempat itulah merupakan lokasi pertemuan para Dewata menciptakan baik (ayu) dan buruk (ala) menjaga jagat raya Pulau Bali. Oleh sebab itu jika Pura Besakih baik, Bali akan aman, tentram, damai dan sejahtera,” tutur Mangku Pande Made Satra.

Leluhur masyarakat Bali dimasa lampau memahami kenyataan alam semesta sebagai anugrah yang wajib disyukuri karena telah memberikan kerahayuan, keselamatan dan kesejahteraan umat manusia.

Hingga kini masyarakat Bali tidak henti-hentinya mewujudkan rasa bakti dan puji syukurnya kehadapan Tuhan Yang Maha Esa melalui upacara keagamaan baik di Pura Besakih maupun di lambung Gunung Agung, dengan harapan masyarakat Pulau Dewata selalu menemui keselamatan dan kedamaian.

Rsi Markandya pada tahun 111 saka (189 masehi) menanam “Pancadhatu” di komplek Pura Besakih hingga kini memberikan pelajaran berharga dan amat penting bagi masyarakat setempat.

“Amat keliru bila mengabaikan Pura Besakih, termasuk Pura Goa Raja, karena dari situlah pusat kerahayuan, keselamatan dan kesejahteraan jagad Bali,” ungkap I Wayan Surpha, mantan Sekjen Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pusat, majelis tertinggi umat Hindu.

Perbaikan secara total terhadap Pura Goa Raja telah dilakukan tahun 2002 atau pemugaran yang ketiga dilakukan menyusul meletusnya Gunung Agung tahun 1917, yang kemudian meletus lagi tahun 1963.

Sejarah

Pura Besakih dari segi historis terungkap melalui prasasti Purana dan lontar menerangkan, sebagai tempat beristananya para Dewa yang dimuliakan masyarakat Bali, sekaligus mempunyai arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu.

Mempunyai fungsi paling penting diantara pura-pura lainnya yang ada. Tempat suci itu memiliki peranan dan fungsi yang istimewa, antara lain sebagai Pura “Rwa Bhineda”, “Sad Kahyangan”, “Padma Bhuana” dan pusat dari segala kegiatan upacara keagamaan.

Perhatian terhadap pura Besakih dimulai dari pemerintahan Raja Sri Udayana Warmadewa (tahun 1007), hingga pemerintahan Raja-raja keturunan Sri Kresna Kepakisan (tahun 1444 dan 1454 Masehi).

Perhatian besar sang raja itu, dilanjutkan pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, yang menaruh perhatian cukup besar, diwujudkan dengan mengadakan restorasi secara besar-besaran terhadap beberapa komplek bangunan suci yang rusak akibat bencana alam.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melakukan perbaikan terhadap beberapa bangunan fisik yang rusak, sekaligus menggelar rangkaian upacara keagamaan.

Sejak tahun 1967, Pemprop Bali menyerahkan pengawasan dan pemeliharaan Pura Besakih kepada Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), majelis tertinggi umat Hindu yang kemudian dimandatkan kepada “Prawartaka” Pura Besakih.

Namun, dalam kenyataannya Pemprop Bali bersama delapan Pemkab dan Pemkot secara bergotong royong memperbaiki bangunan yang rusak maupun mendukung pelaksanaan upacara keagamaan, selain peranserta masyarakat luas secara aktif.

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com

Pura Goa Lawah

Perjalanan kita ke Klungkung kali ini akan mengunjungi salah satu tempat wisata di Bali dan dikenal juga sebagai pura yang bernilai sejarah, apalagi kalau bukan pura Goa Lawah. Lawah berarti kelelawar. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Pura Goa Lawah di

Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat Pura Segara (pura laut) di Bali untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut menggerakan samudara agar menguap menajdi mendung. Ekornya menjadi gunung dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di hutan. Kepala Naga Basuki itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya menjulang tinggi sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu konon tembus sampai ke Pura Goa Lawah.

Karena ada gempa tahun 1917, goa itu menjadi tertutup.

Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan Pura Goa Lawah itu dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan kembali dipugar untuk diperluas pada abad ke XV Masehi.

Dalam Lontar Usana Bali dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya yang bernama ”Babading Dharma Wawu Anyeneng’ yang isinya menyatakan tentang pendirian beberapa Pura di Bali termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun 107 Masehi. Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia. Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman keluarga yang diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung itu umumnya di lakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura Goa Raja.

Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut adalah simbol lingga yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol untuk memuja Tuhan yang salah satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur purusa dengan predana. Bertemunya purusa sebagai unsur spirit dengan predana sebagai unsur materi menyebabkan terjadinya penciptaan. Demikiankah Gunung Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana. Hal ini untuk melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah proses alam yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm Tuhan. Karena itulah di tepi laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di Gunung Agung dirikan Pura Besakih dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses alam tersebut tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu alam ini tetap akan subur memberi kehidupan pada umat manusia.

Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara Tengahing Segara dan Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih Medangsia. Di jeroan (bagian dalam) Pura, tepatnya di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru Tumpang Tiga sebagai pesimpangan Bhatara Andakasa.

Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih Dewi Sri dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah sebagai pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara.
sejarah pura GOA LAWAH, berita pura, jenis-jenis pura, babad pura gua lawah, sejarah pura goa, sejarah desa pesinggahan klungkung bali, penobatan raja klungkung, jenis jenis pura yang terdapat di pura goa lawah, discribe mount agung, cerita tentang wisata budaya goa lawah dengan bahasa bali

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com

PURA BESAKIH, PURA TERBESAR DI BALI

Pura Besakih terletak di Barat Daya Gunung Agung, desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Kira-kira 90 km arah Timur Laut kota Denpasar. Di ketinggian 1000 m dari permukaan air laut, dengan 298 buah bangunan dalam 18 buah komplek pura, merupakan pura terbesar di Bali, bahkan di Indonesia. Terhampar di kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali yang tingginya mencapai 3142 m.

Kata "Besakih" berasal dari kata "Basuki" yang berarti 'selamat' berkembang menjadi Basukir dan Basukih, trus menjadi Besakih. Nama tersebut terdapat dalam 2 prasasti yang disimpan di Gedong Penyimpenan di Natar Agung, sebuah prasasti di Merajan Selonding dan sebuah lagi di Pura Gaduh Sakti di desa Selat. Sejarah Pura Besakih berhubungan dengan perjalanan Sri Markandeya (seorang Brahmana Siwa) dari Gunung Raung, daerah Basuki, Jawa Timur. Rombongan beliau terpaksa kembali ke Jawa karena banyak yang meninggal terserang penyakit. Setelah mendapat petunjuk di Gunung Raung, beliau kembali ke Bali dan mengadakan penanaman Panca Datu (5 jenis logam yaitu emas, perak, besi, tembaga dan permata) di lereng Gunung Agung yang kemudian dikenal dengan Pura Basukian.

Pada zaman dahulu, Pura Besakih langsung ditangani oleh penguasa daerah Bali. Disebutkan Sri Wira Dalem Kesari yang membuat Merajan Selonding (sekitar tahun 250 M), kemungkinan beliau adalah Raja Kesari Warmadewa yang memerintah sekitar tahun 917. Prasastinya terdapat di Malet Gede, di Pura Puseh Panempahan dan di Belanjong. Pada zaman pemerintahan Sri Udayana Warmadewa, pura ini mendapat perhatian besar, seperti terdapat dalam prasasti Bradah, dan prasasti Gaduh Sakti. Dalam lontar Jaya Kesunu disebutkan Raja Sri Jayakesunu memerintahkan memasang penjor pada Hari Raya Galungan sebagai lambang Gunung Agung. Pada zaman Sri Kresna Kepakisan, seperti terdapat dalam lontar raja Purana Besakih tentang upacara, nama pelinggih, tanah wakaf (pelaba), susunan pengurus, tingkatan upacara diatur dengan baik.

Fungsi umum pura ini adalah sebagai tempat bagi umat Hindu untuk memohon keselamatan (sesuai dengan nama pura). Pada waktu Bhatara Turun Kabeh yang jatuh pada setiap Bulan Purnama sasih kedasa (bulan Oktober) setiap tahunnya, seluruh umat Hindu datang berduyun-duyun untuk menyampaikan sujud baktinya pada Tuhan. Di pura ini juga diadakan upacara Panca Wali Krama setiap 10 tahun sekali, dan yang terbesar adalah upacara Eka Dasa Ludra setiap 100 tahun sekali. Upacara Eka Dasa Ludra terakhir dilaksanakan tahun 1973, sayangnya saya belum lahir dan mungkin seumur hidup saya tak akan bisa menyaksikan upacara ini secara langsung. Terdapat 18 komplek pura yaitu :

Pura Pesimpangan
Pura Dalem Puri
Pura Manik Mas
Pura Bangun Sakti
Pura Ulun Kulkul
Pura Merajan Selonding
Pura Gua
Pura Banua
Pura Merajan Kanginan
Pura Hyang Haluh
Pura Basukian
Pura Kiduling Kreteg
Pura Batu Madeg
Pura Gelap
Pura Penataran Agung
Pura Pengubengan
Pura Tirtha
Pura Peninjoan

Selain ke-18 komplek pura tersebut, juga ada komplek Pura Padharman untuk pemujaan kelompok keturunan tertentu di Besakih. Komplek Pura Besakih sangat luas, dengan pemandangan Gunung Agung yang hijau, sangat indah. Kita benar-benar kagum dengan warisan leluhur kita serta semua anugerah Tuhan. Tempat ini benar-benar bagus untuk mencari ketenangan serta mendekatkan diri dengan Tuhan.

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com

Friday

Slruup... Segar Gurih Sup Kepala Ikan Lembongan

Sajian di warung ini sangat sederhana. Sup kepala ikan dan ikan goreng Kepala ikan disajikan dengan kuah berempah dan irisan mentimun. Slurpp... hmm rasanya asam segar saat dihirup. Ikan goreng krenyes gurih dan makin sedap saat dicocol sambal gorengnya.

Warung makan ini memang tak sebagus rumah makan di kawasan Renon. Tempatnya sangat sederhana dengan jejeran kursi lipat dan meja-meja memanjang. Sajian istimewanya yang berupa Sop Kepala Ikan dan Ikan Goreng memang menjadi daya tarik bagi pengunjung rumah makan ini.

Warung Lembongan ini memang mengambil makanan andalan dari Nusa Lembongan, tempat sang pemilik berasal. Dua menu andalan sop kepala ikan dan ikan goreng pun langsung jadi pilihan utama. Tak ketinggalan sepiring nasi putih hangat ikut menjadi pelengkap sempurna hidangan ini.

Sop kepala ikan disajikan dalam mangkuk merah dalam keadaan yang mengepul panas. Wah... potongan mentimun yang jadi pelengkapnya membuat sop ini sedikit unik. Kuahnya kaya bumbu dengan warna kekuningan, terasa segar dengan semburat rasa jahe, bawang dan serai saat menyentuh lidah. Slurppp... rasanya yang asam-asam segar membuat saya langsung kepincut akan sajian yang satu ini.

Kepala ikan yang digunakan adalah ikan barakuda karena itu dagingnya tebal. Sendok garu pun saya tinggalkan dan digantikan oleh jari-jari tangan yang sudah asyik mempreteli si kepala ikan. Sruupp... saat-saat menyeruput daging-daging yang terselip diantara tulang-tulang ikan yang sedikit lemak adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan.

Menurut teman saya sang pemiliknya pernah bekerja di Warung Mak Beng - sebuah rumah makan di Pantai Sanur - yang juga menyajikan menu andalan sop kepala ikan dan ikan goreng sejak puluhan tahun lalu. Jadi tak heran kalau rumah makan ini menawarkan menu serupa. Dan berhubung saya belum pernah mencicipi versi Mak Beng maka saya pun belum bisa membandingkan keduanya. Pastinya yang satu ini langsung jadi rumah makan favorit saya.

Saking asyiknya menikmati sop kepala ikan, si ikan goreng hampir lupa dicicipi. Satu porsi ikan goreng versi Warung Lembongan ini bukan terdiri dari satu ikan utuh, melainkan irisan daging ikan yang dipotong-potong melebar. Tampilannya biasa saja layaknya ikan goreng. Pelengkap si ikan goreng adalah sambal goreng yang dilengkapi irisan jeruk nipis.

Saat mencicipinya wouw... saya tertipu tampangnya yang 'kurang meyakinkan'. Bagian luar daging ikan - terutama kulitnya sangat garing dan gurih. Wah... daging ikannya kenyal segar dan tidak berbau amis. Ini membuktikan bahwa ikan yang digunakan segar.

Jika memesan ikan goreng ini jangan lupa untuk menikmatinya bersama sambal goreng yang berwarna cokelat nyaris kehitaman. Jejak manis dan pedas sambal yang dicolek bersama daging ikan sangat klop saat berpadu bersama sesuap nasi putih di dalam mulut.

Kejutan lainnya saya dapatkan pada saat membayar. Kelezatan seporsi sop kepala ikan ternyata cukup ditebus dengan uang sebesar Rp 9000,00 dan Rp 10.000,00 untuk ikan goreng. Wah, ternyata dengan uang tak lebih dari Rp 25.000,00 saya sudah dapat menikmati makan siang yang lezat dan tak terlupakan. Pastinya jika lain kali berkunjung ke Pulau Dewata, saya tak bakal melewatkan kesempatan untuk menikmati sop kepala ikan Lembongan.

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com

Wednesday

Kaliadrem si Manis dari Bali

Jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras ini memang enak dijadikan sebagai teman minum teh atau kopi di sore hari. Bentuknya bisa bulat atau segitiga dengan lubang bulat di bagian tengahnya. Teksturnya yang sedikit liat hmm... terasa gurih manis di dalam mulut.

Penyuka jajanan tradisional pastinya bakal menyukai kue yang satu ini. Kaliadrem biasa dijual dengan beragam bentuk yaitu bisa bulat seperti donat mini atau berbentuk segitiga. Keduanya memiliki ciri khas yaitu terdapat lubang di bagian tengah adonannya. Lubang ini terkadang jumlahnya ada satu sampai tiga buah.

Di daerah asalnya sana Bali, ternyata kaliadrem merupakan kue tradisional sepanjang masa. Selain biasa dinikmati sehari-hari, kue ini biasanya banyak diserbu sebagai salah satu pelengkap sajian di upacara hari raya Galungan. Tak heran kalau kaliadrem banyak dijual di pasar-pasar tradisional dengan harga yang sangat-sangat terjangkau.

Kaliadrem terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, gula merah, kelapa, garam, dan air. Proses pembuatan kue ini terbilang masih sangat tradisional karena langsung dibuat dari beras yang langsung ditumbuk menjadi tepung. Setelah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti gula merah, kelapa parut, air, dan garam barulan adonan diuleni hingga bertekstur halus dan lembut.

Setelah proses tersebut adonan tidak bisa langsung dibentuk melainkan harus didiamkan selama 5-8 jam. Wah cukup lama bukan? Setelah kembali diuleni barulah adonan bisa dibentuk-bentuk menjadi bulat seperti donat atau berbentuk segitiga. Agar bentuk segitiga yang dihasilkan cantik diperlukan bantuan kojong yaitu cetakan yang terbuat dari daun pisang.

Proses akhir permukaan adonan barulah ditaburi dengan wijen dan kemudian digoreng hingga berwarna kecoklatan. Kaliadrem biasa dijajakan dengan dibungkus plastik agar terbebas dari debu, tetapi di pasar-pasar tradisional ada pula yang dijajakan begitu saja.

Meskipun proses pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, satu buah kue kaliadrem dihargai Rp 500,00 - Rp 1000,00 saja. Rasanya yang sedikit liat dengan rasa yang gurih-gurih manis merupakan teman pas untuk dinikmati bersama keluarga di rumah.


Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,
paket wisata murah, tour murah di Bali
Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours
Lisence No. : 551.21/1210/KPPT
Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581
Email : timbulbhuana@gmail.com