Tuesday

Berkah Ratu Brayut di Pura Er Jeruk

Banyak fungsi dimiliki Pura Er Jeruk. Selain sebagai pura subak, juga diyakini menjadi tempat tepat memohon anak. Agar suami istri punya keturunan.

Rimbun daun kampuak (sejenis pohon jambu hutan) yang tumbuh subur di areal jeroan (halaman paling dalam), begitu meneduhkan kalbu saat SARAD tangkil ke Pura Er Jeruk. Hembusan lembut angin pantai Purnama merontokkan beberapa helai daun tumbuhan yang memiliki lingkar batang lebih dari tiga meter itu.
Pohon kampuak seakan menjadi ‘saksi hidup’ kisah perjalanan sejarah pura yang masih berada di wawengkon Banjar Gelumpang, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Matahari mengarah tegak lurus, beberapa ekor ayam tampak berkeliaran mencari sisa-sisa beras bija di sela-sela deretan palinggih. Sejurus kemudian, empat pamedek yang mengaku dari Desa Dauhwaru, Kabupaten Jembrana, tangkil ke jeroan. “Kami tangkil ke sini, karena sempat membaca di satu buku, kalau Pura Er Jeruk termasuk pura Sad Kahyangan,” ucap pamedek yang mengaku bernama Ngurah.
Er Jeruk. Pura yang berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan raya Tohpati – Kusamba itu, memang sering ‘diserbu’ warga Hindu . Bukan saja warga Sukawati, juga banyak dari berbagai pelosok daerah di Bali dan luar daerah.
Kedatangan mereka tentu memiliki berbagai kepentingan. Ada yang mohon keselamatan supaya tanaman di huma tumbuh subur, sekadar ingin sembahyang, dan ada pula khusus datang guna mohon keturunan. “Di sini patung Ratu Brayut terbuat dari batu padas,” tutur seorang warga Gelumpang, Ni Ketut Latri.
Pada palinggih yang berada di jaba tengah itulah umumnya pasangan suami istri yang lama kawin tapi belum memiliki keturunan akan bersujud. Memohon berkah Ratu Brayut beserta Ida Batara Putra Jaya sebagai penguasa di pura Er Jeruk agar bisa mendapatkan anak sebagai penerus keluarga.
Pura Er Jeruk yang memiliki banyak fungsi ternyata mampu menarik warga datang ke sini, sekalipun belum ditemukan bukti-bukti otentik, baik berupa prasasti maupun lontar yang secara komprehensif yang membahas tentang sejarah berdirinya Pura Er Jeruk. Secara samar I Gusti Bagus Sugriwa dalam bukunya “Pemargan Dangyang Nirartha di Bali”, memang ada menyebutkan bahwa wilayah selatan Sukawati ini didirikan seorang raja dari Kerajaan Daha (Jawa) bergelar Sri Wira Dalem Kesari, namun keterangan itu tetap belum sanggup menjawab pertanyaan kapan sejatinya tempat suci ini didirikan.
Masih terkait dengan berdirinya Pura Er Jeruk. Ada sumber yang menyebutkan tempat suci ini konon didirikan sekitar abad-10 dan termasuk pura tua di Bali. Hal itu dibuktikan dengan wujud fisik bangunan pura yang mirip dengan palinggih di Pura Kehen, Bangli. Seperti adanya bedawang nala terbelit dua ekor naga (Basuki dan Anantabhoga) pada bagian dasar palinggih utama. (Pura Kehen sendiri memiliki sumber otentik berupa prasasti tembaga yang diperkirakan dibuat sekitar abad 9 sampai 13 M)
Berikutnya, dalam lontar Dewa Purana Bangsul disebutkan Pura Er Jeruk digolongkan sebagai satu dari enam pura besar yang sering disebut Pura Sad Kahyangan (selain pura Besakih, Batukaru, Watuklotok, Sakenan, dan Tanah Lot). Ada juga menyebut-nyebut sebagai dangkahyangan, karena sempat menjadi petilasan Danghyang Nirartha ketika melakukan perjalanan suci di tanah Bali. Bahkan warga sekitar meyakini pohon kampuak yang tinggi besar di jeroan adalah tongkat sang maharsi yang sengaja ditancapkan sebelum meninggalkan tempat suci ini.
Mana yang tepat, belum bisa dipastikan memang. Justeru penduduk Sukawati dan sekitarnya memberikan status pura ini sebagai pura subak. Tempat suci bagi mereka yang berprofesi menjadi petani. Terbukti, semua subak di Sukawati yang berjumlah 13 subak, menjadi pangempon (penanggungjawab) Pura Er Jeruk. “Pura ini memang difungsikan untuk memohon kesuburan tanah dan tanaman para petani. Di pura ini pula kami sebagai petani memohon kepada Hyang Widhi agar tanaman diberi keselamatan dan hasil panen yang melimpah,” Pakaseh Gede Pura Er Jeruk, Made Rudin menuturkan.
Sebagai bentuk tanggungjawab petani terhadap pura Er Jeruk, maka tiap kali berlangsung piodalanpiodalan Pura Er Jeruk jatuh setiap hari Rabu Kliwon wuku Pahang—segalanya menjadi urusan warga subak. Mulai dari pendanaan hingga pelaksanaan upacara. “Pas odalan nadi yang berlangsung selama tiga hari, warga yang tangkil sangat ramai. Mereka datang dari berbagai daerah di Bali,” tegasnya Rudin.
Struktur bangunan Pura Er Jeruk tak beda jauh dengan pura yang umumnya ada di Bali, Pura seluas 70 meter x 30 meter ini terbagi tiga bagian (tri mandala). Halaman jeroan (utamaning mandala), jaba tengah (madyaning mandala), dan halaman jaba sisi (nistaning mandala).
Bangunan di jaba sisi selain candi bentar, ada bale kulkul, dapur, sumur, tugu pemujaan Batar Wisnu, palinggih Dugul apit lawang , dan bale wantilan. Selain itu, tepat di pinggir jalan di bawah sebuah pohon kampuak, terdapat bangunan yang cukup istimewa, yakni palinggih Pasimpangan Ida Ratu Mas Macaling (Ratu Gede Nusa). Istimewa, karena bangunaan ini oleh penduduk setempat amat dikeramatkan. Setiap sasih kaenem (bulan ke enam) warga subak selalu mengadakan pacaruan di pelinggih ini untuk memohon keselamatan. Setelah itu mereka mendapat gelang berbahan benang tri datu (warna merah, putih, dan hitam) sebagai tanda mohon keselamatan.
Di jaba tengah, tepatnya pada depan candi bentar menuju ke jeroan, terdapat palinggih Ratu Brayut yang diyakini sebagai tempat mohon keturunan 9anak). “Sudah banyak terbukti, kok. Tak sedikit wargawarga yang nunas ke sini dan berhasil memperoleh keturunan,”tegas Rudin sedikit berpromosi.
Sedangkan bagian utama bangunan yakni jeroan pura terdiri tak kurang 26 pelinggih, di antaranya Meru tumpang lima (pelinggih pokok) sebagai stana Ida Batara Putra Jaya, Meru tumpang tiga palinggih Danghyang Nirartha, dan palinggih Menjangan Seluang sebagai pasimpangan Ida Batara Dinaspa. Dewa putra, ws.

Jalan jalan murah di Bali, liburan murah di Bali,

paket wisata murah, tour murah di Bali

Hubungi kami :

Timbul Bhuana Tours

Lisence No. : 551.21/1210/KPPT

Jalan Kapten Sujana No. 1 Blahbatuh-Gianyar-Bali-80581

Email : timbulbhuana@gmail.com

No comments:

Post a Comment